Akhirnya setelah selama delapan bulan berada ditangan orang yang hendak menjualnya, akhirnya si Elang Jawa yang di identikan sebagai garuda lambang negara Republik Indonesia berhasil di evakuasi dari si pemilik. Awal mulanya si pemilik tetap bersikukuh bahwa elangnya akan dilepas jika ada orang yang berani membayar dengan jumlah Rp. 1.000.000(satu juta rupiah). Tapi dengan beberapa kali pendekatan dan penyuluhan kepada si pemilik akhirnya mau menyerahkan elangnya secara sukarela.
Memelihara burung dikalangan masyarakat sampai saat ini masih menjadi trend apalagi kalau jenis burungnya burung yang termasuk langka. Katanya itu akan bisa mengangkat tingkat atau derajat seseorang yang memeliharanya. Dan hal tersebut sama dengan yang terjadi dengan elang jawa ini. Setelah kami selidiki ternyata orang tua dari si pemilik elang jawa ini adalah seorang paranormal. Orang tersebut mendapatkan elang jawa tersebut dari salah satu pasienya sebagai hadiah.
Kendati elang jawa telah ditetapkan sebagai satwa nasional yang menjadi lambang negara dengan beberapa peraturan pemerintah dan juga undang-undang negara yang melindunginya, tidak serta merta membuat orang takut untuk memburu, memperjualbelikan bahkan memilikinya.
Padahal jika kita kembalikan lagi ke fungsi si elang itu sendiri bagi alam ini ternyata elang adalah bagian dari ekosistem alam sebagai pemangsa yang berada pada titik puncak rantai makanan. Apa jadinya jika elang jawa dan elang-elang lain punah karena ego setiap orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai pecinta burung tapi malah mengakibatkan kehancuran bagi alam itu sendiri. Mencitai burung bukan berarti harus memilikinya didalam rumah. Cara mencintai dan melestarikan burung yang benar adalah dengan membiarknya tetap berada di tempatnya. Keberadaab burung di sekitar kita dapat menjadi parameter bahwa kualitas lingkungan disekitar kita. Jika keberadaan burung dilingkungan kita cukup melimpah, maka kualitas lingkungan kita cukup bagus. Tapi sebaliknya, jika keberadaan burung dilingkungan kita makin menghilang maka kualitas lingkungan sudah buruk baik itu kualitas udara dan yang lainya.
Itu hanya sedikit cerita mengenai fungsi burung itu sendiri dan tidak jauh beda dengan fungsi elang jawa di alam. Elang jawa dan elang yang lain sangat bergantung sekali dengan kondisi hutan yang cukup bagus. Jadi, jika disebuah kawasan hutan saja tidak ada elang berarti hutan tersebut sudah cukup hancur.
Mudah-mudahan elang jawa yang menjadi lambang negara republik indonesia ini akan tetap hidup memberikan keturunanya untuk mengontrol perputaran rantai makanan dan akan tetap menjadi penghuni hutan-hutan di jawa.
Memelihara burung dikalangan masyarakat sampai saat ini masih menjadi trend apalagi kalau jenis burungnya burung yang termasuk langka. Katanya itu akan bisa mengangkat tingkat atau derajat seseorang yang memeliharanya. Dan hal tersebut sama dengan yang terjadi dengan elang jawa ini. Setelah kami selidiki ternyata orang tua dari si pemilik elang jawa ini adalah seorang paranormal. Orang tersebut mendapatkan elang jawa tersebut dari salah satu pasienya sebagai hadiah.
Kendati elang jawa telah ditetapkan sebagai satwa nasional yang menjadi lambang negara dengan beberapa peraturan pemerintah dan juga undang-undang negara yang melindunginya, tidak serta merta membuat orang takut untuk memburu, memperjualbelikan bahkan memilikinya.
Padahal jika kita kembalikan lagi ke fungsi si elang itu sendiri bagi alam ini ternyata elang adalah bagian dari ekosistem alam sebagai pemangsa yang berada pada titik puncak rantai makanan. Apa jadinya jika elang jawa dan elang-elang lain punah karena ego setiap orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai pecinta burung tapi malah mengakibatkan kehancuran bagi alam itu sendiri. Mencitai burung bukan berarti harus memilikinya didalam rumah. Cara mencintai dan melestarikan burung yang benar adalah dengan membiarknya tetap berada di tempatnya. Keberadaab burung di sekitar kita dapat menjadi parameter bahwa kualitas lingkungan disekitar kita. Jika keberadaan burung dilingkungan kita cukup melimpah, maka kualitas lingkungan kita cukup bagus. Tapi sebaliknya, jika keberadaan burung dilingkungan kita makin menghilang maka kualitas lingkungan sudah buruk baik itu kualitas udara dan yang lainya.
Itu hanya sedikit cerita mengenai fungsi burung itu sendiri dan tidak jauh beda dengan fungsi elang jawa di alam. Elang jawa dan elang yang lain sangat bergantung sekali dengan kondisi hutan yang cukup bagus. Jadi, jika disebuah kawasan hutan saja tidak ada elang berarti hutan tersebut sudah cukup hancur.
Mudah-mudahan elang jawa yang menjadi lambang negara republik indonesia ini akan tetap hidup memberikan keturunanya untuk mengontrol perputaran rantai makanan dan akan tetap menjadi penghuni hutan-hutan di jawa.
saya pernah melihat film dokumeter tentang “Golden Eagle”..
orang2 kazakhstan meng imprint baby golden eagle..kemudian mereka melatih elang tersebut dan digunakan untuk berburu rusa dan srigala..dan ketika sampai saatnya mereka berkembang biak…golden eagle tersebut di realese…
nah kenapa kita ga meniru cara mereka aja…dengan memberikan kampanye ato penyuluhan tentang cara2 memelihara raptor yang benar,terutama yang masih juvenile..mengajari bagaimana cara memberi makan, mengajari bagaimana cara melatih elang untuk berburu sehingga pada waktunya mereka di realease mereka juga gak bakalan mati sia2…
bahkan setau saya di luar negeri ada sekolah khusus buat melatih elang..dan itu legal..
kenapa kita ga melegalkan falconary di indonesia..
LikeLike
Memang benar kalau di luar negeri untuk raptor yang dilepas kebanyakan dari hasil Falconary. Tapi dari beberapa informasi yang saya dapat dari beberapa ahli raptor yang ada di indonesia, kalau diluar negeri itu jenis raptor yang mengalami kecelakaan seperti menabrak gedung atau terkena tembakan. Trus disana di obatin dan dilatih lagi untuk dilepas setelah siap.
Sepertinya untuk di indonesia melakukan falconary itu sangat sulit sekali. Di jaringan raptor yang ada di indonesia pernah di bahas mengenai falconary tapi metodenya yang harus dirubah. Lebih banyak sisi kampanyenya. Sedangkan untuk saat ini saja masih banyak banget raptor yang dijual dipasar-pasar burung di indonesia. Kalau menurut hemat saya sih lebih bagus kita protect habitat alaminya. Kampanye didaerah-daerah penyangga atau pinggiran hutan tentang pentinganya keseimbangan ekosistem. saya rasa itu justru lebih efektive.
Kebetulan untuk saat ini di indonesia sudah ada 2 tempat rehabilitasi raptor yang sudah berjalan dan sudah berhasil melepaskan raptornya ke alam. Untuk jenis raptor pemakan ikan tempat rehabilitasinya ada di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Anda bisa mengakses webnya di http://www.jakartaanimalaid.com
Sedangkan untuk jenis raptor pegunungan sudah ada di daerah subang jawa barat. anda bisa mengaksesnya di http://www.raptor.or.id
Ok, itu saja jawaban saya,.. salam sejahtera
LikeLike
saya pernah punya elang jenis falcon,waktu itu ada yang menjual di pinggir jalan tapi dia ga mau makan beberapa hari saya beli,karena itu saya kasihan saya lepasin aja 2 hari kemudian elang tersebut pulang kerumah saya tinggal,dan selanjutnya saya lepas lagi ga pulang2
LikeLike
hi sombie,…
Makasih dah mau berkunjung ke halaman saya. Untuk jenis Falcon memang sangat susah dalam perawatanya. Dulu waktu pengalaman saya di Pusat penyelamatan Satwa juga gitu. tiap kali kami dapat jenis falcon pasti gak terselamatkan karena gak mau makan.
oia,.. mungkin lain kali kalau lihat ada yang jualan Elang dijalan. apapun jenisnya, mohon jangan dibeli. bagaimanapun kondisinya ketika sama penjual itu jangan dibeli. karena dengan anda membelinya maka si penjual akan mencari lagi kehutan dan memburunya karena daganganya laku dipasar.
Kalau boleh tau dulu jenisnya apa ya? atau punya fotonya? kalau punya fotonya dan kalau boleh, bisa saya dikirimin fotonya? kalau bisa kirim ke asman_adi@yahoo.com.
Terima kasih atas kunjungannya.
salam,..
moderator
LikeLike
bagaimana cara melatih elang…? thanks
LikeLike
@Dinar
Kami tidak melatih untuk bisa dipegang dan bisa kembali ke Kita. Kami melatih bagaimana cara dia mengenali makanan alaminya dengan cara memberinya makanan yang menjadi makanan alami mereka di hutan
LikeLike