Info mengenai adanya Elang jawa(Spizaetus bartelsi) yang dipelihara di salah satu kios tanaman hias di daerah Citayam, Depok-Jawa Barat diketahui oleh IAR Indonesia pada bulan Desember 2007 yang kemudian dilakukan pendekatan terhadap pemilik kios tersebut. Setelah dilakukan pendekatan, ternyata elang jawa tersebut hendak dijual jika ada orang yang berminat membelinya. Penempatan elang jawa di Kios/Toko Tanaman hias yang memang berada tepat dipinggir jalan itu memang mudah sekali mendapat perhatian dari pengenadara sepeda motor maupun mobil yang lewat dilokasi tersebut. Selain lokasinya tepat dipinggir jalan raya, lokasi tersebut juga kerap terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu yang disebabka oleh jalanan yang rusak akibat genangan air ketika musim hujan.
Asal mula Elang jawa itu berada di toko itu berawal dari salah seorang murid dari orangtua pemilik toko tersebut. Menurut informasi pemilik toko sekaligus pemilik elang jawa itu, orang tuanya di kasih anakan elang jawa sebagai hadiah dari salah satu muridnya sebagai ucapan terima kasih. Namun semakin bertumbuh kembangnya elang jawa tersebut menjadi dewasa, pemilik toko tersebut mempunyai keinginan atau bermaksud untuk menjual elang itu jika ada orang yang berminat membelinya. Harga yang di tawarkan pun terhitung mahal. Satu juta rupiah harga yang ditawarkan.
Evakuasi
Setelah melalui beberapa kali pedekatan yang dilakukan oleh IAR Indonesia akhirnya pemilik elang jawa tersebut secara sukarela mau menyerahkan elangnya setelah tahu bahwa elang jawa itu merupakan satwa yang dilindungi undang-undang dan hampir punah.
Tepat pada tanggal 23 Februari 2008 elang jawa di evakuasi oleh IAR Indonesia yang kemudian di translokasikan ke Pabaruban Raptor Center di daerah subang yang tepatnya di Kampung Panaruban, Desa Cicadas, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Panaruban Raptor Center dibangun berdasarkan inisiasi dari YPAL(Yayasan Pribumi Alam Lestari) sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang Pelestarian Keanekaragaman hayati di Indonesia dengan bekerjasama dengan PT. Perkebunan Nusantara VIII Ciater serta masyarakat Kampung Panaruban. Panaruban Raptor Center didirikan dan diresmikan pada tanggal 4 Juni 2006 dengan tujuan melakukan upaya-upaya pelestarian jenis burung pemangsa dan habitatnya melalui peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat.
Sebelumnya IAR Indonesia sudah menjalin hubungan kerjasama dengan Panaruban Raptor Center dalam hal penanganan raptor maka dari itu Elang jawa yang berhasil di evakuasi IAR di translokasi ke Panaruban Raptor Center. Perjalanan ke Panaruban Raptor Center dari lokasi elang jawa dipelihara ditempuh dengan waktu sekitar 4 jam menggunakan mobil.
Sesampainya di Panaruban Raptor Center, tindakan selanjutnya adalah pengecekan secara keseluruhan kondisi fisik elang jawa tersebut yaitu dengan melakukan morfometrik bagian tubuh dan kelengkapan sayap. Dari hasil pengecekan, diketahui bahwa kondisi bulu sayap Primer telah dipotong. Pada bagian sayap kanan bulu primer yang sudah dipotong ada 8 bulu primer dan sayap kiri 5 bulu primer yang dipotong dan diketahui juga pada sayap kiri pada bagian bulu primer terdapat dua bulu primer yang baru tumbuh. Sedangkan untuk tindakan medis akan dilakukan menyusul.
Rehabilitasi
Hari-hari berikutnya elang jawa tersebut terus dilakukan pemantauan oleh Team Panaruban Raptor Center dan setiap perkembangannya akan dilakukan pencatatan sehingga dapat diketahui bahwa elang jawa tersebut dapat masuk ke tahapan rehabilitasi lebih lanjut.
Habituasi
Setelah beberapa bulan dilakukan pemantauan secara terus menerus akhirnya pada bulan Agustus 2008 elang jawa tersebut dimasukan ke kandang habituasi yang lebih besar yang lokasinya berada di pinggir hutan perbatasan antara Perkebunan Teh dan hutan panaruban. Hal itu dilakukan bertujuan supaya elang jawa tersebut bisa lebih beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, tujuan dari habituasi yang dilakukan juga berdasarkan hasil observasi ketika dikandang sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi dari kandang sebelumnya perkembanganya terlihat cukup bagus. Ketika ada elang liar yang datang ke kandang observasi, elang jawa itu langsung coba menyerang dari dalam kandang. Dari hal-hal seperti itu dan beberapa perkembangan prilaku yang lain akhirnya pada bulan agustus elang jawa di pindahkan ke kandang habituasi. Kandang terakhir dari tahapa rehabilitasi.
Release
Setelah dua bulan melalui tahapan habituasi akhirnya pada tanggal 21 oktober 2008 si elang jawa di release di hutan Panaruban. Release elang jawa yang dilakukan Panaruban raptor center juga diliput oleh Nippon Hoso Kyokai(NHK) Jepang yang sebelumnya ketika evakuasi juga ikut meliput. TV dari jepang yang mengikuti proses dari evakuasi, rehabilitasi sampai dengan release serta moitoring itu sedang melakukan pembuatan film bertajuk ”garuda”.
Tepat pukul 11:00 elang jawa dilepas dengan cara membuka salah satu sisi kandang dengan cara membuka jaring kandang yang bertujuan supaya elang jawa tersebut bisa terbang keluar. Realease kali ini sama seerti dengan release sebelumnya yang selalu menggunakan metode yang sama yaitu dengan membuka jaring di salah satu sisi kandang. Selanjutnya elang jawa ini akan terus di moitoring perkembanganya setelah reselase. Hal itu bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan perkembangnya ketika berada diluar setelah release. Untuk memudahkan dalam monitoring, Panaruban Raptor center memasang Transmiter dan Wingmarker pada elang jawa itu. Sebelum kegiatan reselase dilakukan, terlebih dahulu tim monitoring melakukan pengecekan transmiter menggunakan Transceiver atau radio penerima signal dari transmiter yang dipasang pada elang jawa itu. Pengecekan dilakukan dengan cara menyamakan frequency yang ada pada transmiter ke receiver.
Setelah team menunggu sekitar dua jam setengah akhirnya elang jawa tersebut keluar dari kandangnya dengan cara di usir oleh tim yang nantinya akan terus memonitor perkembanganya. Uniknya yang dilakukan oleh panaruban raptor center dalam pengelolaan rehabilitasi dan kegiatan monitoring serta penelitian raptor selalu melibatkan masyarakat kampung panaruban. Monitoring kali ini pun sama. Untuk monitoring elang jawa kali ini dilakukan oleh masyarakat yang ikut terlibat dalam program rehabilitasi dan di dampingi oleh staff Panaruban Raptor Center.
photo:
Asman A. Purwanto
Panaruban Raptor Center
comment sdikit bwat adminnya
dalam dunia Falconry, raptor hasil imprint,rata2, dipelihara (dihandle) seumur hidupnya oleh sang partner. jarang sekali yg di release. karena bisa dibilang, kemungkinan bertahan hidupnya sangat kecil. dan masih banyak faktor lain yg tidak memungkinkan seekor raptor ‘imprint’ untuk direlease.
nah,.. ini kan raptor hasil ‘imprint’ apa anda yakin, saat di release, JHEnya udah bisa hunt sendiri ??
klo JHEnya ndak bisa hunt, berarti sama aja (maaf) ‘membunuhnya’ bukan…?
B.R.
BarQ aka v1xix
IFA Wannabe 😀
LikeLike
Terima kasih atas komentarnya,…
pertanyaan yang sangat bagus sekali,.. dulu saya juga berpikiran sama seperti anda. bagaimana kalau JHE gak bisa berburu?… ntar mati dong?…
maka dari itu sebelum dilepas ada tahapan2 rehabilitasi sampai si elangnya dinyatakan bisa di release. sejauh yang sudah dilakukan dan dari beberapa yang direlease ternyata cukup berhasil. pasca pelepasan tentuya juga ada tim monitoring yang terus memantau perkembanganya. jika perkembangannya menurun maka elang yang di release akan di tagngkap lagi dan di kembalikan lagi untuk dilakukan rehabilitasi ulang.
dua hari yang lalu saya juga mendapatkan iformasi kalau elang jawa yang dilepas perkembangannya cukup bagus. cukup bagus dalam artian bisa berburu dan sudah mempunyai daerah teretory sendiri.
Salam,…
care2raptor/asman a purwanto
LikeLike
mengapa ga mengintegrasikan ‘falconry’ ditempat2 rehabilitasi raptor ?
setidaknya, dengan dilatih dan diajak berburu, kemungkinan mereka bertahan hidup setelah di release lebih besar bukan..?
oh ya mas admin, saya minta info tempat u/ merelease Crested Serpent Eagle sama Kestrel (Falco Moluccensis) donk. kebetulan skarang saya lagi menghandle ke2 jenis tsb, 2-2nya masih juvenile, mungkin setelah mature nanti, akan saya release mereka ke alam bebas.
thx.
Best Regards.
BarQ aka v1xix
IFA wannabe 😀
LikeLike
Kami masih mengkaji lebih jauh untuk program falconry,… sebenarnya memang bagus program itu, tapi itu masih jadi pertimbangan banyak pihak di Indonesia,…
di program rehabilitasi juga di latih berburu dengan pemberian pakan yang masih hidup,… dan itu sudah cukup bagus.
mengenai elang yang ada pada anda sekarang itu kondisinya seperti apa dan anda dapat dari mana?…. sepertinya anda cukup tahu tentang program2 konservasi dan konsep pelepasliaran,…
kalau memang anda ingin melepaskan elang yang ada pada anda sekarang coba anda hubungi no telp; 08122464560 atas nama Dadan Ramdan Koordinator Panaruban Raptor Center dan 08122047964 atas nama Zaini Rakhman. alamat emainya zaini@ypal.or.id. beliau dari Yayasan Pribumi Alam Lestari.
atau coba lihat di http://www.raptor.or.id
Salam
LikeLike
saya cuma falconer biasa koq,..
CSE yg saya handle skarang, itu dikasih sama sodara. kestrelnya beli dipasar burung.
semuanya masih juvenile ( dari 1 tahun)
LikeLike
*tambahin, itu diatas blom selesai ngetik, eh kepencet enter -,-
semuanya masih juvenile (kurang dari 1 tahun) mungkin nanti saya release pas sudah mature.
2-2nya juga masih pada tahap manning, alias penjinakan (bukan jinak dielus2 lho, tapi biar raptornya jadi terbiasa dihandle di glove)
yg kestrel seh udah mulai tak latih FTTF (fly to the fist) tapi karena masih brancher (klo dialamnya, usia segini masih loncat2 antar dahan) jadi blom bisa terbang, masih loncat2. klo yg CSEnya skarang masih demen bating (loncat2 dari perch) walau ga kaya pas pertama kali nyampe dirumah. mungkin karena sayanya jarang nghandle dia, paling sabtu-minggu doank bisa seharian ngehandle raptor2. hari lainnya paling sore2 doank bisa ngehandle, coz pagi smpai siang skolah 😀
LikeLike
keren… moga jalan terus… yakinlah apa yang dilakukan itu memang yang terbaik…
tapi tinjauan2 perlu juga dilakukan
semalat eh selamat berjuang….
LikeLike
Apa kalo di release aman dari penembak jitu…karena di indonesia sendiri..penembak satwa..burung kecil2 aja banyak…
LikeLike
Alhamdulillah, saya dapat info terakhir kalau individu ini sampai saat ini masih terpantau aman dan sudah punya pasangan di hutan Panaruban..
LikeLike