Perasaan takut pada diri seseorang itu sudah hal yang wajar dan itu merupakan salah satu sifat yang ada dalam diri manusia. Begitu juga yang aku rasakan ketika memutuskan untuk tetap menginap di suaka ELANG. Sebenarnya kalaupun pulang jarak antara suaka Elang dengan kosanku tidaklah terlalu jauh. Tapi untuk mengefisien waktu dan tidak mondar mandir antar Ciapus loji maka ku putuskan untuk tetap tinggal dan menginap di Suaka Elang.
Waktu pertama kali meginap di suaka elang saat itu kebetulan sekali adalah malam Jum’at. Menurut kepercayaan kebanyakan orang, katanya di malam jum’at banyak setan atau hantu yang bermunculan. Apalagi di tempat-tempat yang sepi atau daerah pegunungan. Kebetulan lokasi suaka elang itu sendiri berada tepat di kaki Gunung Salak dan menurut keterangan yang aku dapat dari temenku, katanya di tempat itu terbilang angker. Emang bener serem sih. Yang terdengar cuma belalang malam dan suara air di kali yang begitu deras itu terdengar begitu jelas.
Keberadaanku di suaka elang adalah dalam rangka membantu suaka elang dalam hal Perawatan elang serta secara tidak langsung ikut men-training perawat yang ada saat ini. Pada hari kamis sore, ketika selesai menjalankan shalat ashar, si perawat yang bernama Budi pamit untuk pulang sebentar.
“Mas, saya pulang dulu ya sebentar?”. katanya
“Kesini lagi kan?”. Tanyaku
“Ya!”
Mendapat jawaban itu aku merasa tenang karena tidak sendirian tinggal di suaka elang yang hampir idak ada kehidupan manusia pada malam hari. Waktu mulai menunjukan malam. Lewat waktu Maghrib si Budi belum juga datang. Aku fikir mungkin karena masih sore. Terus,….. sampai malam si Budi belum juga datang. Tepat jam sembilan malam sempat terpikir untuk pulang karena perasaan takut itu tiba-tiba menghampiriku dan perasaan merinding ikut memicu rasa takut itu memuncak. Sialnya dalam keadaan macam itu tiba-tiba aku teringat pada buku Candi Murca karangan Langit Krena Hariadi yang menceritakan adanya sesosok orang yang mempunyai kemampuan aneh. Tokoh tersebut bernama Prabanjara Uwwara Kenya yang setiap kemunculanya akan di ikuti dengan kemunculan kalong sebesar bayi manusia. Sungguh menyeramkan sekalu kalau seandaianya pada malam itu tiba-tiba muncul hal macam itu. Walaupun dalam cerita itu si tokoh yang bernama uwara kenya bukanlah sosok yang menyeramkan. Tapi yang menyeramkan adalah ketika kalong pengikutnya yang ribuan itu datang seperti bagaikan cleret taun* bergemuruh menghancurkan segala benda yang dilewatinya bahkan pohon bramashta* yang tidak cukup dirangkul empat orang bisa ikut terangkat itu sungguh menakutkan. Hahaha…. itu kalau orang sudah takut biasanya akan seperti itu,….
Dalam keadaan hujan tak mungkin aku harus hujan-hujanan naik motor malam hari. Akhirnya, ya sudah lah, toh belum ada ceritanya ada orang mati hanya gara-gara melihat hantu. Aku fikir seperti itu. Dengan perasaan percaya bahwa kalau Allah sudah berkehendak maka kita sebagai manusia tak mungkin bisa menyangkal. Berbekal keyakinan itu kuputuskan untuk tetap tinggal.
Untuk menyiasati agar ada suasana malam jum’at itu lebih hidup, aku telphon teman satu persatu. Sial!… aku megumpat karena teman banyak yang gak aktif. Seolah tahu kalau mau kuajak begadang… Tapi akhirnya jam sepuluh malam ada yang aktif juga. Teman yang biasa jarang di telphone ternyata dibutuhkan juga ketika kita sedang dalam keadaan kacau macam itu. Tak ayal temenku pun menanyakan perihal aku telphon malam itu. Aku jelaskan maksudku menelpohon dia dan dia teryat mau ngertiin dan ahirnya kami ngobrol ngalor ngidul gak jelas topik yang dibahas sampai jam duabelas malam. Itu juga karena bateray hpku sudah memberi signal kalau sebentar lagi mau mati dan kebetulan rasa kantuk sudah mulai menggerayangiku.
Entah jam berapa aku benar-benar tak sadarkan diri tidur tanpa merasa kedinginan padahal malam itu benar-benar dingin. Yang aku tahu adalah ketika pagi-pagi terbangun karena mendengar ada suara motor yang berhenti tepat di sebelah kamar yang aku tempati. huh,… akhirnya aku bisa melewat malam di tempat yang katanya seram dan banyak hantunya itu dengan selamat begitu juga di malam berikutnya,…(AAP/08/02/09
*cleret taun,jawa,lesus atau angin puting beliung
*bramashta,pada buku gajah mada disebut pohon Beringin