“8.324 Hektar kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halim Salak kritis” itulah kira-kira judul artikel dalam berita yang ada di Kompas.com. Sayang sekali ya,.. padahal Taman Nasional ini merupakan taman naional yang kondisi hutanya dinyatakan hutan tropis terakhir yang paling bagus sebagai habitat terakhir Elang Jawa(Spizaetus bartelsi) di Pulau Jawa.
Coba kita simak tulisan di bawah ini;
Laporan wartawan KOMPAS Agustinus Handoko
SUKABUMI, KOMPAS.com — Lahan kritis di Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada 2009 ini mencapai 8.324 hektar. Kerusakan hutan terjadi karena penebangan dan penambangan liar.
Demikian diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bambang Supariyanto, Selasa (22/12/2009), seusai penanaman 30.000 pohon di Desa Cidahu, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, yang masuk ke kawasan hutan Gunung Halimun.
Rehabilitasi lahan kritis itu merupakan kerja sama TNGHS dengan PT Aqua Golden Missisippi dan Pondok Pesantren Al Amin, Kecamatan Cicurug.
Bambang mengatakan, pada 2009 ini lahan kritis yang sudah direhabilitasi baru mencapai 30 hektar. Taman Nasional Gunung Halimun Salak akan meneruskan konsep rehabilitasi dengan melibatkan masyarakat langsung dan pihak swasta.
Editor: wsn
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah makin banyaknya pembukaan lahan di areal konservasi seperti taman nasional yang ada di indonesia, bukan hanya yang ada di Jawa tetapi hampir di seluruh kawasan konservasi lainya yang ada di Indonesia.
Salah satu cara agar hutan tetap terjaga keutuhanya adalah dengan dilakukanya penanaman kembali atau Rehabilitasi lahan yang dilakukan oleh BTNGHS yang bekerga sama dengan PT. Aqua dan pondok Pesantren al Amin seperti yang di sebutkan di artikel di atas. Kalau seandainya hal yang sama juga bisa dilakukan oleh taman nasional yang lain mungkin kondisi hutan di indonesia akan jadi lebih baik lagi.
Kalau hutan tetap terjaga dengan baik maka Masyarakat juga akan ikut menikmati manfaatnya.