Jalanan naik turun itulah ciri khas jalanan di Lembah Salak. Cuaca sedikit kurang meyakinkan pada saat itu. Langit sudah menampakan warna kelabu yang berganti dengan gelap. Langit yang kelabu pun akirnya tak tahan lagi untuk menumpahkan airnya.
Gerimis mengiringi perjalanan saya dan Adhy”batak”Maruly menuju sebuah bangunan di Lembah Salak. Villa Botani. Sebuah tempat di Lembah salak dengan luas 5Ha ini dikelola oleh warga negara asing kebangsaan Amerika bernama Alex Korns.
Jalanan berbatu mulai nampak ketika sepeda motorku berbelok mengikuti penunjuk arah dengan tulisan “Villa Botani”.
“Ini dia”. Kataku pada saat menemukan penunjuk arah di Seberang Sekolah Dasar Tajur Halang. Jalanan tak lagi mulus karena sebagian besar aspal sudah hancur terkikis derasnya air pada saat turun hujan. Menggunakan transmisi gigi 1-2 sepeda motorku bekerja keras membawa kami sampai di tempat dimana teman-teman sudah lebih dulu berangkat.
Ada apa sih di Villa Botani? Ya,.. 28 Agustus yang lalu teman-teman pengamat burung di Bogor dan Jakarta mengadakan kegiatan yang dinamakan “Gathering Burung Nusantara” yang di inisiasi oleh Burung Nusantara.
Udara terasa dingin begitu terasa di ketinggian lebih kurang 750 mdpl. Suasananya begitu asri yang ada di Villa Botani yang ternyata dijadikan sebagai tempat Sekolah Alam. Pohon-pohon yang ditanam sekitar beberapa tahun silam itu sudah nampak besar dan tinggi. Menawarkan sebuah kesejukan di Lembah Salak.
Hujan mlai turun di sore hari ketika teman-teman dari Universitas Negeri Jakarta yang tergabung dalam Kelompok Pengamat Burung Nycticorax serta teman-teman dari Uni Konservasi Fauna IPB merapat di sebuah bangunan rumah yang di dominasi kayu itu.
Kegiatan pada saat berkumpul seperti itu adalah diskusi dan sharing informasi tentang apa yang baru saja dilakukan. Hanya beberapa burung saja yang berhasil terlihat menurut penuturan beberapa teman yang melakukan pengamatan sore itu karena terkendala dengan cuaca yang hujan. Selanjutnya dalam balutan udara dingin sambil menunggu waktu berbuka puasa adalah menonton beberapa Film Dokmenter yang mampu membuat hati kita miris ketika melihat film dokumenter pembantaian LumbaLumba di Taiji Jepang.
Waktu terus beranjak menjemput malam setelah berbuka puasa. Diskusi kembali dilanjutkan. Banyak pemikiran yang terlontar dalam diskusi yang dibalut dengan udara dingin khas pegunugan salak. Banyak sharing informasi dan banyak juga yang dapat di ambil dari diskusi mala itu. Pakde dari UKF-IPB memberikan pandanganya tentang bagaimana kita seharusnya menghormati alam denga arif. Masbro”AW” membagi informasinya bagaimana supaya komunitas “hobis” atau pengamat burung itu dapat terus berjaya yaitu dengan cara bagaimaa kita bisa mendapatkan dukungan pendanaan. Berhubung waktunya yang cukup singkat sehingga triks dan tips mendapatkan sumber pendanaan itu harus di bahas dalam pertemuan berikutnya.
Keesokan harinya pengamatan burung kembali dilanjutkan. Tim dibagi menjadi dua. Satu tim mengamati daerah atas dan satunya lagi pengamatan kebawah. Menusuri jalan setapak dengan teropong dan buku panduan lapang tim bergerak dengan sesekali mengarahkan senjatanya pada ap gerakan burung yang melintas. Sungguh lokasi yang menyuguhkan keindahan. Terlihat dalam kawasan itu kebun-kebun sayur organik yang dikelola Villa Botani tertata dengan rapi. Kebun nanas di seberang villa pun terlihat membentang cukup luas.
Pengamatan di rampungkan pukul sembilan pagi. Alhasil beberapa jenis yang sangat umum seperti Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris, Cekakak sungai Todiramphus chloris, Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster, Walet sapi Collocalia esculenta, Perenjak jawa Prinia familiaris, Bubut alang-alang Centropus bengalensis, Gelatik batu kelabu Parus major, Bentet kelabu Lanius schach, Bondol jawa Lonchura leucogastroides, Pentis kumbang Prionochilus thoracicus, Elang hitam Ictinaetus malayensis, Elang brontok Spizaetus cirrhatus, Uncal buau Macropygia unchall, Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis, Pelanduk semak Malacocincla sepiarium, Cipoh kacat Aegithina tiphia, Tekukur biasa Streptopelia chinensis, Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier dan Kapinis rumah Apus affinis berhasil teridentifikasi ditempat itu. Sebuah sumbangsih dari kawan-kawan buat villa botani.
Sekolah Alam on TV pun sempat meliput kegiatan pengamatan kami, mereka ingin tahu apakah kegiatan ini sangat berguna untuk masyarakat setempat atau tidak. Komentar dari teman-teman yang ikut pun banyak memberikan masukan, bahwa masyarakat bisa bersama-sama menjaga lingkungan dengan tidak memburu burung. Sebuah pemandangan indah ketika tiga ekor Elang-ular bido Spilornis cheela berpatroli di atas kepala kami. Sesaat itulah kamipun mengakhiri kegiatan kami di Villa Botani. Dengan senyum kami berpamit dan semangat kami melangkah untuk merajut masa depan.
Seperti pada pertemuan-pertemuan lainya, pada sesi terakhir adalah Foto bersama sebelum berpisah.
Di Dokumentasikan oleh AW
nggak bisa ikut….
##next gathering nji##
LikeLike
Wah, kayaknya menyenangkan bisa birding bareng2 kang 🙂
##miftah,.. ya beginilah aktivitas pengamat burung##
LikeLike