Sensasi Bertemu Burung Migran

Bagi orang-orang yang senengannya lihat burung, kedatangan burung-burung migrant adalah sesuatu yang ditinggu-tinggu setiap tahunnya. Pulau jawa yang berada di posisi paling selatan di wilayah indonesia punya keuntungan tersendiri. Kami didatangi oleh burung migran dari utara dan selatan. Meskipun yang dari selatan (Australia) jenisnya tidak sebanyak yang dari utara.

Kedasi Australia (Chrysococcyx basalis) misalnya, jenis ini menjadi jenis yang menurut saya mempunyai sensasi tersendiri jika bisa menemukan dia. Dan, Segala puji bagi Allah, tahun ini saya bertemu burung dengan nama internasional Horsfield’s Bronze Cuckoo ini dua kali. Pertama di Kutawaru, Cilacap Jawa Tengah, dan yang kedua di Kawasan Mangrove Baros, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yang lebih seneng lagi kalau bisa mengabadikannya dengan smartphone (phonescoping).

Kemudian, satu lagi burung dari selatan yang sering saya tunggu-tunggu kemunculannya. Cekakak Australia (Todirhamphus sanctus) atau Sacred Kingfisher. Satu jenis burung dari kelompok rajaudang ini hampir mirip dengan Cekakak Sungai atau Collared Kingfisher.

Bulan Juli lalu hampir setiap kali saya ke Laguna Trisik di Kulon Progo pasti selalu menemukan Cekakak Australia bertengger pada kabel jaringan listrik. Bertemu dengan cekakak australia pun sensasinya berbeda dibanding ketika ketemu dengan cekakak sungai yang biasa – biasa saja.

Bulan oktober adalah bulan burung bermigrasi. So, mari kita kembali rasakan sensasi melihat burung migran. Bagi yang senang dengan burung pemangsa bisa ke dataran tinggi. Rasakan sensasi leher pegal menghitung raptor. Bagi yang senang burung pantai, rasakan sensasinya masuk ke lumpur.