Trisik, siapa yang tak tahu Trisik. Bagi sebagian besar pengamat burung di Yogyakarta mengenal trisik sebagai habitat dan persinggahan burung pantai migran.
Setelah beberapa bulan tidak bermain – main dengan burung pantai, kemarin (15/02) menyempatkan untuk mengunjungi beberapa petak sawah, barat delta, dan laguna yang dikelilingi tambak udang.
Ada pemandangan baru di sebelah Plang (Sign board) larangan berburu burung yang dipasang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta. Sebuah jalan baru untuk kendaraan besar yang sepertinya memang baru beberapa bulan.
Saat ini di trisik dan sekitarnnya sedang berlomba siapa yang akan bertahan. Yang lebih dulu berada di trisik lambat laun akan tersingkir dengan adanya aktifitas semacaam ini. Bagaimana mungkin perlindungan burung di trisik akan berjalan dan berhasil sesuai yang diharapkan jika habitatnya tidak dilindungi? Aktifitas pertambangan ini jelas merusak.
Bagaimana tidak, foto berikutnya adalah foto yang akan membuat si penanam tanaman mangrove ini saya pastikan misuh – misuh, mencak – mencak tak karuan. Tanaman yang masih tampak baru itu harus dikorbankan.
Dan mobil yang masuk mobil yang seperti ini,.
Oke, saya rasa cukup untuk informasi jalan baru di Trisik. Di lokasi ini pun saya hanya melihat 4 individu Cangak Abu (Ardea cinerea) yang sedang berjemur.
Pindah ke laguna dengan harapan nemu Kaki-rumbai Kecil, meskipun itu sepertinya sangat berlebihan.
Sebelum jembatan pintu air, di kabel listrik beberapa Layang-layang Api (Hirundo rustica) sedang bertengger. Sesekali terbang untuk menangkap serangga. Para pemancing tetap cuek dengan burung itu. Hanya saya yang berhenti kemudian memotret si pengembara kecil itu.
Orang jawa bilang ini burung Sriti, meskipun sebenarnya jenisnya beda. Sriti itu walet dan ini bukan walet.
Begitu masuk ke komplek tambak udang tampak terbang beberapa individu burung pantai. Jenis tidak teridentifikasi karena langsung mengilang dibalik pohon cemara. Dua Cerek Jawa (Charadrius javanicus) di tambak yang sepertinya sudah lama di keringkan. Terlihat dari kondisi pasirnya.
Dulu, kalau tidak salah ingat itu bulan oktober. Ketika alat berat sedang mengeruk pasir laguna, Saya dan beberapa teman – teman sudah berpikiran bahwa laguna akan dihilangkan dan berganti menjadi tambak udang. Ternyata laguna masih ada dan pasir yang dulu dikeruk itu hanya untuk kebutuhan membuat dinding tambak. Lagunanya masih ada.
Tidak banyak burung pantai yang ada di laguna. Hanya Cerek Jawa dan Trinil Pantai ( Actitis hypoleucos ) saja.
Pindah ke petak sawah sekalian pulang ada penampakan 7 individu Trinil Semak ( Tringa glareola ) dan 1 individu Trinil Rawa ( Tringa stagnatilis ) sedang mencari makan di petak sawah yang baru selesai di bajak. Hanya saja tidak ada dokumentasi foto. Kalaupun dipaksakan hanya akan ada titik ngeblur.
Kuntul Kerbau ( Bubulcus ibis ) sahabat pak tani. Mereka mengikuti pak petani yang sedang membajak sawah. Berharap akan mendapatkan berkah makanan dari tanah-tanah yang terbalik.
Kuntul kerbau ini sebagai foto penutup untuk main – main singkat saya ke trisik. Kalau ada teman yang menyertai saya mungkin bisa agak lama di trisik. Sudah sendiri, panasnya ngenthang – ngenthang,.
Next!! kalau kondisi air progo sudah agak surut mungkin bisa diagendakan ke delta.