Cerita Jalanan

Selalu saja ada yang menarik ketika kita perhatikan yang ada di sekeliling kita. Salah satunya adalah yang ada di jalanan. Jum’at(02/04) untuk membuang kejenuhan di kosan aku keluyuran di bogor.

Sendirian.

Awalnya sih ndak sendirian. Ada teman yang lain juga. Tapi berhubung yang lain mau jalan survey Elang Jawa Spizaetus bartelsi di gunung salak ya aku akhirnya sendirian.

Sepulang dari shalat Jum’at aku kembali ke Komplek Gedung PHKA Bogor untuk mengambil tas dan Laptop yang aku bawa. Tujuanya adalah ke Toko buku untuk sekedar ngadem dan baca buku. Kebetulan udara siang itu lumayan membuat keringat ngucur. Ada dua pilihan untuk menuju toko buku yang ada di Boqer(sebutan Botaniqal Square) yaitu naik angkot apa jalan kaki?. Kebetulan lokasinya dari PHKA tidak jauh. Kalau naik angkot resikonya harus ngeluarin duit buat bayar ongkos, jalan kaki tidak keluar ongkos. Tapi kalau jalan kaki lumayan berkeringat juga. Akhirnya pilihan kedua lah yang ku ambil.

Aku pikir dengan jalan kaki bisa mengetahui ada apa di pasar samping kebun raya bogor dalam kondisi long weekend. Ternyata ada banyak. Ada yang jualan oleh-oleh, jualan kelinci, Kucing Hutan Felis bengalensis yang di sebut cheetah sama penjualnya dan ada yang jual burung hantu kecil yang aku ndak tau jenisnya dan belum sempet buka-buka buku panduan.

Banyak hal yang menarik selain orang yang jualan binatang peliharaan. Orang-orang yang berjualan baju dengan tulisan Bogor dan yang lainya yang berhubungan dengan Kota Bogor.

Pengemis yang menggunakan banyak cara untuk menarik simpati para pejalan kaki pun banyak. Kondisi jalanan yang macet dengan mobil yang berplat nomor B yang artinya itu mobil dari jakarta.

Nah, sore/petang ketika mau pulang dan mau menyeberang jalan, kebetulan macet dan lampu masih hijau jadi ndak bisa nyeberang, ada empat muda-mudi(cowok dua dan cewek dua) yang juga sedang nunggu jalan bisa di lalui. Yang menarik perhatian aku disini adalah ketika salah satu cowok dari rombongan itu tiba-tiba nyeletuk begini.

“Gila ya indonesia, udah banyak utang, koruptor juga banyak tapi masyarakatnya masih bisa punya banyak mobil?”. kata si Cowok. Si cewek nimpalin.

“Iya ya?.. parah banget!”.

Busyet dah!! Ini seperti terlihat sebuah kekesalan karena sudah lama nunggu mau nyeberang jalan ndak bisa-bisa atau karena dia care dengan negaranya?. Kalau itu kata-kata keluar karena kekesalan dia yang di sebabkan oleh jalanan yang penuh dengan mobil yang lewat mungkin wajar. Kalau dia care dengan kondisi negara yang terliahat carut marut itu lebih hebat karena mereka masih peduli dengan nasib bangsanya sendiri.

Kemudian, di dalam angkot duduk di sebelahku Perempuan dengan badanya yang gemuk dengan kondisi angkot yang penuh dengan penumpang seperti aku duduk di antara tumpukan karung beras. Dasar perempuan dan masih ABG pula, berisiknya minta ampun. Kebetulan si perempuan besar itu berempat yang sepertinya habis ada acara pas kebetulan sepertinya acaranya seru sampe kebawa ke dalam angkot.

Menuju Ciapus, kebetulan duduk di depan disamping supir aku ikut-ikutan meneriapak kata-kata “ciapus,.. ciapus,.. ciapus,..” dengan harapan penumpang segera memenuhi angkot itu biar cepat berangkat. Aksiku berhasil.

Bakat juga jadi Kondektur,.. hehehe,..

Photo: hanggadamai.wordpress.com

4 thoughts on “Cerita Jalanan

  1. Ah.. Pengalaman yang seru kang! Ini nih bisa disebut Citizen Journalism… 🙂 Peduli sama Bogor.. hehe..

    Salam kenal sesama Blogor!

    Keep blogging and Blogwalking ya…

    Like

  2. Kang, meski akan dah berteriak, saya tetep gak akan naik angkot itu. Rumah saya soalnya di Cibinong.

    Ehm, banyak angkot, mudah transfortasi 🙂

    Like

Leave a comment